Materi Tutorial Blok Reproduksi sekenario 2
SKENARIO 2
MENGAPA SAYA DIOPERASI?
![]() |
File lengkap bisa downoload di bawah ini download |
Seorang G4P3A0,40 tahun,hamil 38
minggu, pukul 10.00 datang ke RS PONEK dengan keluhan perut terasa
kenceng-kenceng sejak 4 jam yang lalu. Sebelum melakukan pemeriksaan luar dan
dalam, dokter menyuci tangannya dengan menggunakan metode 6 langkah hand
hygiene. Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan
keadaan umum baik, tekanan darah 110/70
mmHg, denyut nadi 76 kali/menit, frekuensi nafas 16 kali/menit, suhu tubuh 36,5
derajat C. Pada pemeriksaan abdomen teraba supel, janin tunggal,intra uterin,
presentasi kepala, denyut jantung janin 130 kali/menit reguler, tinggi fundus
uteri: 30 cm, his 2 kali/10 menit/kuat, setiap kontraksi kurang dari 20-40
detik. Kemudian dilakukan pemeriksaan obstetrik, didapatkan pembukaan serviks
uteri 4 cm, preskep, kepalajanin teraba di Hodge II.Ketuban pecah spontan dan
cairan amnion tampak jernih.Hasil pemeriksaan tesebut ditulis dalam lembar
partograf.
Dilakukan pemeriksaan obstetri
kembali pada pukul 14.00,didapatkan kepala janin teraba di Hodge II. Pembukaan
serviks 6 cm. Kontraksi uterus meningkat menjadi 3 kali dalam 10
menit,setiapkontraksi berlangusng 45 detik. Moulage derajat dua.Hasil
pemeriksaan dicatatdi lembar partograf, mengarah ke kanan garis waspada.
Pada pukul 17.00 dilakukan
pemeriksaan denyut jantung janin 92 kali/menit.Pemeriksaan obstetri didapatkan
kepala janin tetap berada di Hodge II, pembukaan serviks tetap 6 cm, moulage
derajat tiga.Cairan amnion didapatkan bercampur dengan mekonium.Oleh dokter
disarankan untuk tindakan operasi sectio secaria pada pukul 17.30 dengan alasan
terjadi gawat janin.Saat bayi lahir dengan APGAR skor 6-6-7, ketuban warna
hijau bercampur mekonium.
1. Faktor
risiko gawat janin
a.
Faktor
yang mempengaruhi fetal distress akut
-
Kontraksi
uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat
adalah abnormal dan uterus dalam keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi
sirkulasi utero plasenta, ketika kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia
uterus.
-
Kompresi
tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi
darah fetus dan dapat mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada
prolapsus, lilitan talu pusat.
-
Kondisi
tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta.
Hal ini berhubungan dengan kelainan fetus.
-
Depresi
pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir
sebagai akibat pemberian analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan
pada proses kelahiran menyebabkan hipoksia.
b.
Faktor
yang mempengaruhi fetal distress kronis
Fetal distress kronis berhubungan
dengan faktor sosial yang kompleks
-
Status
sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Status sosial ekonomi adalah suatu gambaran
kekurangan penghasilan tetapi juga kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan
fisik dan psikis.
-
Umur
maternal
Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari
35 tahun merupakan umur resiko tinggi.
-
Merokok
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan
menyebabkan penurunan aliran darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi
transport oksigen. Angka mortalitas perinatal maningkat.
-
Penyalah
gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan
berhubungan dengan banyak komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan
preterm yang semuanya meningkatkan resiko kematian perinatal.
-
Riwayat
obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm
atau lahir mati berhubungan dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan
ini.
-
Penyakit
maternal
Kondisi yang meningkatkan resiko fetal
distress kronis dapat mempengaruhi sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan
insufisiensi aliran darah dalam uterus seperti: Hipertensi yang diinduksi
kehamilan, hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal kronis. Sedangakan
faktor yang mempengaruhi penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit
skle sel, anemia berat (Hb kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-paru,
penyakit jantung, epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan baik), infeksi
maternal berat.
Kondisi tersebut meliputi insufisiensi
plasenta, post matur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.
-
Kondisi
plasenta
Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi
plasenta, postmatur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan resiko
hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
-
Kondisi
fetal
Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra
uterin dan incompatibilitas resus yang meningkatkan resiko hipoksia intra
uterin. Resiko ini meningkat pada kehamilan ganda.
-
Faktor
resiko inta partum
Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko fetal distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi
bokong, kelahiran dengan forcep, SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan,
komplikasi anastesi (meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus
atau partus lama.
1.
Bagaimana
fisiologis dan patofisiologi persalinan?
· Proses Fisiologis dalam Persalinan
1)
Kala I
Kala
I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; h. 173).
Menurut
JNPK-KR Depkes RI (2008; h.38), Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif.
a)
Fase laten
1.
Dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
2.
Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4 cm.
3.
Pada umumnya, berlangsung hampir atau
hingga 8 jam.
b)
Fase aktif
1.
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi diangap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih).
2.
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata – rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2 cm (multipara).
3.
Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Menurut
Manuaba (2010; h. 184), Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah:
1.
Memperhatikan kesabaran parturien.
2.
Melakukan pemeriksaan tekanan darah,
nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2 sampai 3 jam.
3.
Pemeriksaan denyut jantung janin setiap
½ jam sampai 1 jam.
4.
Memperhatikan keadaan kandung kemih agar
selalu kosong.
5.
Memperhatikan keadaan patologis
(meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah sebelum waktu atau disertai
bagian janin yang menumbung, perubahan denyut jantung janin, pengeluaran
mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis, perubahan
posisi atau penurunan bagian terendah janin).
6.
Parturien tidak diperkenankan mengejan.
2)
Kala II
Persalinan
kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi (JNPK-KR
Depkes RI, 2008; h. 77).
Proses
ini biasanya berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi (Yeyeh,
2009 b; h.6).
Menurut
JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 77), tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:
·
Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
·
Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan
pada rektum dan/atau vaginanya.
·
Perineum menonjol.
·
Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
·
Meningkatnya pengeluaran lendir
bercampur darah.
Tanda
pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan
serviks telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus
vagina.
3)
Kala III
Kala
III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut
JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96), tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup
beberapa atau semua hal berikut ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali
pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat.
Menurut
JNPK-KR Depkes RI (2008; h. 96-97), Manajemen aktif kala tiga bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan
jika dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Keuntungan
manajemen katif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi
jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah
utama dalam manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oksitosin dalam
1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali,
measase fundus uteri
4)
Kala IV
Kala
IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
(Saifuddin, 2008; h. 101).
Menurut
Manuaba (2010; h. 174, 192), Kala IV dimaksud-kan untuk melakukan observasi
karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang harus dilakukan adalah:
·
Kesadaran penderita, mencerminkan
kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi telah selesai.
·
Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan
darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim yang keras; perdarahan yang
mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi, perlukaan pada
serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
·
Bayi yang telah dibersihkan diletakan di
samping ibunya agar dapat memulai pemberian ASI.
·
Observasi dilakukan selama 2 jam dengan
interval pemerik-saan setiap 2 jam.
·
Bila keadaan baik, parturien dipindahkan
ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya.
2.
Bagaimana patofisiologi
ketuban pecah dini?
Ketuban pecah dini berhubungan dengan
kelemahan menyeluruh membrane fetal akibat kontraksi uteri dan peregangan
berulang. Membran yang mengalami rupture premature ini tampak memiliki defek
fokal dibanding kelemahan menyeluruh. Daerah dekat tempat pecahnya membrane ini
disebut “restricted zone of extreme altered morphology” yang ditandai dengan
adanya pembengkakan dan kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan
kompakta, fibroblast maupun spongiosa. Daerah ini akan muncul sebelum ketuban
pecah dini dan merupakan daerah breakpoint awal. Patogenesis terjadinya ketuban
pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam
membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini preterm terutama pada
pasien dengan resiko tinggi
Bagaimana patofisiologi terjadinya partus
lama?
1. Pengertian
Partus lama adalah
persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigradiva, dan lebih dari
18 jam pada multigradiva.
2. Factor
Penyebab
Pada prinsipnya
persalinan lama dapat disebabkan oleh :
·
His tidak efisien (in adekuat)
·
Faktor janin (malpresenstasi, malposisi, janin
besar)
Malpresentasi
adalah semua presentasi janin selain vertex (presentasi bokong, dahi, wajah,
atau letak lintang). Malposisi adalah posisi kepala janin relative terhadap
pelvis dengan oksiput sebagai titik referansi. Janin yang dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus
macet.
·
Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan
serviks, vagina, tumor)
Panggul sempit atau disporporsi
sefalopelvik terjadi karena bayi terlalu besar dan pelvic kecil sehingga
menyebabkan partus macet. Cara penilaian serviks yang baik adalah dengan
melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetre
klinis terbatas.
·
Faktor lain (Predisposisi)
·
Paritas dan Interval kelahiran
·
Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah
dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Pada ketuban
pecah dini bisa menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dari keadaan
normal, dan dapat menyebabkan infeksi. Infeksi adalah bahaya yang serius yang
mengancam ibu dan janinnya, bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis
pada ibu dan janin.
KPD pada usia
kehamilan yang lebih dini biasanya disertai oleh periode laten yang lebih
panjang. Pada kehamilan aterm periode laten 24 jam pada 90% pasien.
3. Penanganan
partus lama adalah sebagai berikut
:
·
False labor (Persalinan Palsu/Belum inpartu)
Bila his belum
teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya infeksi
saluran kencing, KPD dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat.
Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
·
Prolonged laten phase (fase laten yang
memanjang)
Diagnosis fase
laten memanjang dibuat secara retrospektif. Bila his berhenti disebut
persalinan palsu atau belum inpartu. Bilamana kontraksi makin teratur dan
pembukaan bertambah sampaim 3 cm, dan disebut fase laten. Dan apabila ibu
berada dalam faselaten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan
pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks. :
1) Bila
didapat perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip oksitosin
dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCl) mulai dengan 8 tetes permenit,
setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimal 40 tetes/menit)
atau berikan preprat prostaglandin, lakukan penilaian ulang setiap 4jam.
Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan
secsio sesarea.
2) Bila
tidak ada perubahan dalam penapisan dan pembukaan serviks serta tak didapat
tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan
inpartu.
3) Bila
didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin
5U dan 500 cc dekstrose (atau NaCl) mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 15
menit ditambah 4 tetes sampai adekuat (maksimal 40 tetes/menit) atau berikan
preprat prostaglandin, serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr IV sebagai
dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam dan gentamicin 2×80 mg.
·
Prolonged active phase (fase
aktif memanjang)
Bila tidak
didapatkan tanda adanya CPD (chepalo Pelvic Disporportion) atau adanya
obstruksi :
1) Berikan
berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi dan
mempercepat kemajuan persalinan
2) Bila
ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks pada waktu
fase aktif kurang dari 1 cm/jam, lakukan penilaian kontraksi uterusnya.
·
Kontraksi uterus adekuat
Bila kontraksi
uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik) pertimbangkan
adanya kemungkinan CPD, obstruksi,
malposisi atau malpresentasi.
·
Chefalo Pelvic Disporpotion (CPD)
CPD terjadi
karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD
akan kita dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik
adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor)
kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
1) Bila
diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan SC
2) Bila
bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin
lakukan SC)
·
Obstruksi (Partus Macet)
Bila ditemukan
tanda-tanda obstruksi :
1) Bayi
hidup lahirkan dengan SC
2) Bayi
mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.
g.
Malposisi/Malpresentasi
Bila tejadi
malposi atu malpresentasi pada janin secara umum :
1) Lakukan
evaluasi cepat kondisi ibu (TTV)
2) Lakukan
evaluasi kondisi janin DJJ, bila air ketuban pecah lihat warna air ketuban :
a) Bila
didapatkan mekoneum awasi yang ketat atau intervensi
b)
Tidakada cairan ketuban pada saat ketuban pecah menandakan adanya pengurangan
jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan gawat janin.
3)
Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki kontraksi atau
kemajuan persalinan
4) Lakukan
penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
5) Bila
terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secar spesifik sesuai dengan
keadaan malposisi atau malpresentasi yang didapatkan.
·
Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi
uterus tidak adekuat
dan disporporsi atau obstruksi bias disingkirkan,
penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi yang tidak adekuat
·
Kala II memanjang (prolonged explosive phase)
Upaya mengejan
ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta,
maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan dan
menahan nafas yang etrlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJbradikardi yang
lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi
vakum / forcep bila syarat memenuhi.
Bila
malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan
oksitosin dri. Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam,
lahirkan dengan bantuanekstraksi vacuum / forcep bila persyaratan
terpanuhi. Lahirkan dengan sectio sercaria
File lengkap bisa downoload di bawah ini:
Caesars Palace: How The Las Vegas Raiders Are Struggling to
ReplyDeleteThe Raiders have struggled to keep things rolling 파주 출장마사지 despite the team 포항 출장샵 For 안양 출장안마 example, the Raiders 서귀포 출장샵 haven't won the 영천 출장마사지 Super Bowl this season.